Kamis, 11 Maret 2010


GADO-GADO BUDHE

"Le... Budhe berangkat dulu ya, sarapanmu sudah Budhe siapkan diatas meja tuh", suara itu terdengar sayup diantara tubuh dan selimut yang masih membungkus tubuhku. Ahh.. Budhe masih saja sama seperti dulu, baik sekali terhadapku.

Budhe Ningrum, begitu aku menyebutnya, sosok wanita tegar segagai pengganti kedua orang tuaku. Sejak tamat SD aku tinggal dengannya, wanita yang telah melewati setengah abad hidupnya sendiri tanpa suami. Pakdhe Wongso meninggal dalam sebuah bencana gempa dahsyat yang menimpa kampung kami, yang juga menelan ayah, adik dan ibuku tercinta.

Tujuh tahun Budhe membiayai hidup kami berdua dengan berjualan gado-gado di sebelah barat pasar Beringharjo yang merupakan tempat yang tepat untuk memanjakan lidah dengan jajanan pasar. Budhe menyewa sebuah lapak kecil disini. Dari lapak inilah biaya sekolahku kudapatkan. Aku masih sering merasa terharu kalau mengingat saat Budhe mencium keningku dengan mata yang basah.Haru
"Le.. jangan sedih yoh ndhuk... walau ibumu, bapakmu, adek serta pakdhemu ndak ada disini, budhe yakin mereka bahagia melihatmu sekarang sudah tamat SMA..budhe sayang sama kamu Leh" ucap budhe dengan bibir bergetar sambil memelukku erat.
...................

Namaku Yudha Purnomo, tapi budhe selalu memanggilku dengan nama kecilku Tole, tapi aku senang sekali dengan panggilan sayang dari budhe ini. ini membuat aku makin dekat dengan budhe...

Hari ini aku ada interview disebuah perusahaan telekomunikasi, mudah mudahan yang ini berhasil. setelah sarapan tadi, aku semakin mantap melangkah. Makanya aku begitu berharap pekerjaan yang ini bisa kudapatkan. Aku sudah tidak sanggup lagi menjadi anggota polisi pamong praja, terlalu banyak pekerjaan ataupun hal yang bertentangan dengan hati nuraniku disnini.

Aku sudah siap berangkat, tapi aku dikagetkan dengan dering telephone genggamku...
"Hallo"
"Segera kumpul dikantor, ada operasi pagi ini, seluruh anggota harus hadir jam delapan tepat"
"Siap Pak" jawabku bingung. Aku melihat jam digital di layar HP ku, 7:30.
"aduh bagaimana ini" fikirku. mana yang akan aku pilih, wawancara pekerjaan baru yang belum tentu diterima atau melaksanakan tugas yang sering membuat aku tak enak hati? terdiam sesaat. dering telpon terdengar lagi, dari kantor lagi. aku sangat berharap "operasi" dibatalkan. kuangkat,
"Cepat, kamu yang jadi KORLAPnya hari ini" ....

Motor yang kupakai ke kantor tiba-tiba mogok, setelah tadi hampir menabrak seeokr kucing. Perasaanku jadi tidak enak, kucoba perbaiki, tapi tetap saja tak mau hidup lagi mesinnya. "AKU TELAT, MOTORKU MOGOK, DULUAN SAJA, AKU MENYUSUL".. itu pesan yang kukirim melalui sms ke nomor temanku sesama anggota SATPOL PP.

Aku begitu terkejut setelah menerima sms balasan rekanku, semua anggota sudah menuju lokasi penertiban,operasi penggusuran, Pasar Beringharjo. Aku begitu khawatir.
Keadaan sudah kacau saat aku sampai disana.berapa lapak sudah dibongkar paksa, barang daganganpun sudah ada yang diangkut ke mobil petugas, sayuran, buah-buahan, berserak tak karuan.

Teriakan para pedagang kaki lima, cacian, makian, umpatan bahkan lemparan dari para pedagang kerap kami terima sebagai SATPOL PP saat operasi penertiban seperti ini. Bahkan kadang tak jarang nyawapun dipertaruhkan, tapi bukan itu yang membuat aku gentar sekarang...tapi seorang yang berdiri mematung didepanku, berlinangan air mata, sambil memegang codet penggiling kacang untuk kuah gado-gado. nanar matanya menatap mataku merontokkan segala tulang di tubuhku.
"kita hidup dari sini Le, cuma dari sini" terbata-bata kalimat itu meluncur dari bibirnya yang pucat

***************************************

Tidak ada komentar:

Posting Komentar