"kak, obatnya dimakan dulu yach... biar cepat sembuh" kalimat lembut dan tulus itu keluar dari mulut Alya.
Hanya tatapan kosong yang didapatnya sebagai jawaban. Tak lama setelah itu, kebua bola mata indah milik Syifa, kakaknya mualai berkaca-kaca lagi...miris hati Alya melihat pemandangan ini.
Tak bersisa sama sekali sekarang ini pada diri Syifa sifatnya yang periang, cerdas, optimis dan selalu tersenyum kepada orang lain. Parasnya yang cantik disertai dengan kepribadiannya yang hangat membuat Syifa banyak disenangi orang lain. Semua berubah, semua musnah sejak Syifa menjadi korban perkosaan seorang pemuda yang mabuk, kemudian lari dan meninggalkan Syifa sendirian di pinggir jalan.
Menangis, mengurung diri di kamar, sesekali teriak histeris menjadi bahian hidup Syifa selanjutnya.
**************************
Alya begitu bahagia ketika menerima kado berupa cincin indah pada ulang tahunnya yang keduapuluh tiga, apalagi sebelum cincin itu dilingkarkan ke jarinya, sebuah kalimat menakjubkan keluar dari mulut Tyo, lelaki yang selama ini menjadi pujaan hatinya, "would you marrie me?"
Ingin sekali Alya membagi kebahagiaan itu dengan Syifa begitu sampai dirumah, ketika pintu kamar kakanya terbuka, ia melihat kakaknya tertidur pulas sekali. Tak tega membangunkannya, Alya lantas menyelumuti Syifa, mencium keningnya, mematikan lampu, lalu keluar kamar.
Sudah Tiga tahun Sifa tidak pernah keluar rumah, ia hanya mau keluar kamar... duduk diam di taman belakng, melamun, menetskan air mata, lalu masuk lagi ke kamarnya. Tapi entah kenapa hari ini, Syifa sudah bangun pagi sekali, mandi dan tampak begitu cerah. Seperti ingin lepas dari traumanya Syifa tampak begitu bersemangat merapikan kamarnya yang sudah dibersihkan oleh Bik Inah.
"Jadikan hari ini lamarannya?"
Pertanyaan itu mengejutkan Alya, dengan semangat dan perasaan yang begitu senang, Alya menjawab
"Jadi Kak...", Alya kemuadian mendekap kakaknya yang telah "kembali", tak terasa sebutir air hangat mengalir dipipinya.
---------
"Proses lamaran udah selesai, tapi mengapa kakak ga' keluar kamar ya?" pikir Alya, buru-buruia menuju kamar Syifa. Terkunci. Rasa khawatir tiba-tiba menyeruak didada Syifa, Ia mengambil kunci cadangan, lalu membuka pintu kamar Syifa. Seakan mau meloncat keluar kedua mata Alya saat melihat tubuh Syifa sudah tergantung kaku. Lebih tercekat lagi saat membaca surat yang tergeletak dilantai bertuliskan "Dek..maafkan Kakak yah, Tolong jangan menikah dengannya, karena dia pelakunya"
************************************************